Apakah yang dimaksud
dengan penelitian itu? Secara umum, penilitian dapat diartikan sebagai proses
mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara sistematis sehingga
menghasilkan kesimpulan yang sah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ilmiah
merupakan langkah yang hierarkis (berjenjang atau berurutan) dan logis.
Tahapan-tahapannya sitematis, bukan acak. Dalam penelitian, langkah dengan
menggunakan metode ilmiah tersebut secara tipikal dapat dirinci sebagai
berikut.
1. Mengenali dan
menentukan masalah yang akan diteliti.
2. Mengkaji teori yang
sudah ada yang relevan dengan masalah yang hendak diteliti.
3. Mengajukan
hipotesis atau pertanyaan penelitian.
4. Membuat desain
penelitian untuk menguji hipotesis tersebut.
5. Mengumpulkan data
dengan menggunakan prosedur yang mengacu pada desain penelitian.
6. Menganalisis data.
7. Menginterpretasikan
data dan menarik kesimpulan.
Dalam penelitian, suatu penarikan kesimpulan yang tidak menggunakan
pendekatan atau metode ilmiah dapat dikatakan tidak sah. Kenapa? Hal ini perlu
disadari oleh peneliti pemula karena dalam praktik ada beberapa prosedur dasar
dalam penarikan kesimpulan yang tampak sah ternyata justru sebaliknya, tidak
sah karena pendekatan yang ia gunakan bukan pendekatan ilmiah. Jika prosesnya
tidak sah maka produk yang dihasilkan juga tidak sah secara ilmiah.
Suatu produk
penelitian (dalam hal ini pengetahuan) yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah paling tidak mempunyai beberapa karakteristik, antara lain;
1. objektif
2. bahasa jelas
3. dapat diverifikasi,
dan
4. empirik
Bagi orang awam, pengertian objektif adalah lawan dari subjektif, tidak
bias, dan terbuka terhadap kritik. Dari sudut pandang prosedural dalam
rangkaian proses penelitian, kata objektif ini mengacu pada prosedur
pengumpulan dan analisis data sehingga si peneliti tidak mungkin
menginterpretasikan hasil penelitiannya secara salah. Dengan kata lain, jika
ada orang lain melakukan penelitian tersebut dengan prosedur seperti yang ia
lakukan maka hasil yang diperoleh akan sama. Objektivitas ini sangat penting
dalam penelitian dan deskripsi prosedur perlu sejelas mungkin agar terbuka
peluang bagi peneliti lain untuk mereplikasi penelitian tersebut. Kadar
objektivitas dalam banyak hal ditentukan oleh objek dan tempat penelitian.
Contohnya, kadar objektivitas penelitian fisika di laboratorium relatif lebih
tinggi daripada penelitian biologi di lapangan atau di kebun percobaan. Yang
perlu disadari adalah bahwa masalah objektivitas bukan merupakan hal yang mudah
karena penelitian sosial bukan dilakukan terhadap benda mati melainkan kepada
manusia yang mempunyai perilaku berubah-ubah/sukar diramal. Oleh karenanya
diperlukan kecermatan yang tinggi jika hasil yang diharapkan kelak ingin
benar-benar dapat dipercaya.
Kejelasan atau akurasi merupakan aspek kedua yang perlu diperhatikan dalam
penelitian. Dalam penelitian banyak sekali bahasa atau istilah teknis yang
mungkin hanya dikenali oleh orang-orang tertentu. Bahasa yang digunakan harus
jelas dan tepat. Salah satu cara untuk mengindahkan prinsip kejelasan berbahasa
ini adalah membuat definisi operasional istilah yang digunakan sehingga orang
lain tidak salah dalam menangkap makna yang ingin dituangkan dalam laporan
penelitian.
Aspek ketiga adalah keterbukaan untuk diverifikasi. Ini berkaitan erat
dengan dua aspek sebelumnya. Bila kedua aspek tersebut diindahkan, maka baik
desain maupun hasil penelitian tersebut bersifat terbuka dan dapat
ditindaklanjuti baik dalam bentuk penelitian ulang oleh peneliti lain atau
penelitian yang lebih mendalam. Dalam dunia penelitian, hasil replikasi bisa
sama, bisa juga berbeda dengan hasil penelitian semula. Istilah keterbukaan
untuk diverifikasi disini berarti segala informasi dalam penelitian tersebut
terbuka bagi publik untuk direplikasi, ditelaah kembali, dan di kritik,
dikonfirmasi atau bahkan ditolak oleh peneliti lain.
Keempat, pendekatan yang dilakukan dalam dunia penelitian adalah pendekatan
empiris. Kadang sesuatu dianggap benar oleh orang awam apabila sesuatu itu
berjalan baik, tanpa mempertanyakan kembali mengapa sesuatu dianggap benar,
karena kalau tidak benar maka tidak akan berjalan baik. Tetapi bagi seorang
peneliti, pengertian empiris itu didasarkan pada bukti yang ditunjukkan dengan
data. Dimana data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan
dengan prosedur yang sistematis serta objektif.
Jika para peniliti tidak dapat membedakan antara pendekatan ilmiah dan non
ilmiah maka akibatnya akan fatal. Hail jerih payah penelitian tidak akan sah
karena tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Irawan (1977)
membedakan pendekatan ilmiah dan non ilmiah
berdasarkan masalah yang
dirumuskan, jawaban yang diberikan, proses pengumpulan dan analisis data serta
penyimpulan hasil dan pemanfaatan hasil. Perhatikan tabel berikut agar pembaca
lebih memahami perbedaan pendekatan ilmiah dan non-ilmiah.
Tabel Perbedaan
Pendkatan Penelitian Ilmiah dan Non-Ilmiah
Metode Ilmiah
|
Metode Non-Ilmiah
|
Permasalahan harus dirumuskan secara jelas, spesifik
dan Nampak variable yang diteliti
|
Permasalahan yang dipertanyaakan sering tidak jelas,
tetapi bersifat umum dan sumir
|
Jawaban yang diberikan terhadap permasalahan harus
didukung dengan logis dan benar
|
Jawaban apapun tidak perlu didukung data
|
Proses pengumpulan data, analisis data, dan
penyimpulan harus dilakukan dengan logis dan benar
|
Tidak ada proses pengumpulan data atau analisis
data, meskipun mungkin ditutup dengan kesimpulan
|
Kesimpulan siap diuji oleh siapapun yang meragukan
validitasnya
|
Pengujian terhadap kesimpulan boleh dilakukan
ataupun tidak tanpa membawa akibat yang berarti bagi kesimpulan pertama
|
Hanya digunakan untuk mengkaji hal-hal yang diamati,
dapat dikur, empiris
|
Boleh saja digunakan untuk mengkaji hal apapun
termasuk yang paling misterius, supranatural, dan dogmatis
|
Sumber : http://www.ipapedia.web.id/2014/11/perbedaan-metode-ilmiah-dan-non-ilmiah.html
0 komentar:
Posting Komentar