· PENDIDIKAN PADA MASA KI
HAJAR DEWANTARA
Kebanggaan
suatu bangsa terhadap pahlawan-pahlawannya akan membangkitkan kesadaran bangsa
itu terhadap harga diri dan martabat bangsanya yang luhur, yang telah mampu
melahirkan manusia-manusia besar dan pahlawan-pahlawan besar.(Ki Hajar
Dewantara)
Masa
penjajahan yang berlangsung selama lebih dari 350 tahun di negeri ini
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pengambilan kebijakan dan penataan
sistem pemerintahan Indonesia setelah merdeka. Tak dapat dihindari, Indonesia
pun mengalami penetrasi dalam berbagai hal sepereti ekonomi, politik, sosial
maupun budaya dari negara penjajah terebut.
Negara kita
saat ini pun masih mengadopsi sistem pendidikan ala Barat. Padahal banyak pihak
yang menilai sistem pendidikan tersebut bersifat sekuler dan matrealistik.
Pendidikan kini dinilai sebagai sebuah formalitas yang tidak lagi menunjukkan
esensi yang sesungguhnya dari proses pebelajaran itu sendiri dan lebih
berorientasi pada pencapaian hasil yang dirasa dapat menunjang kebutuhan
finansial peserta didik di masa depan.
Perlu kita
ingat bersama bahwa para tokoh nasionalis Indonesia telah berusaha untuk
membangkitkan semangat berpendidikan untuk menjadi negara yang bermartabat
tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya yang kita miliki. Justru dengan hal
itulah keagungan bangsa ini terlihat dan permasalahan dalam negeri bisa
terkendali.
Sebuah
kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi rakyat Indonesia muncul sebagai
bentuk perlawanan nonfisik atas penjajahan yang membelenggu Indonesia. Salah
satu indikasi perkembangan ini ditandai dengan berdirinya sekolah keagamaan dan
kebangsaan seperti Perguruan Nasional Taman Siswa atau Nationaal Onderwijs
Instituut Taman Siswa.
Ø
Taman Siswa dan Konsep Pemikiran Ki
Hajar Dewantara
Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat atau Ki Hajar Dewantara adalah tokoh peduli pendidikan
yang dengan serius berupaya menumbuhkan kembali tradisi kejayaan masa lampau
negeri ini. Bersama dengan perguruan Taman Siswa yang didirikannya pada tahun
1922, putra dari Pangeran Suryaningrat dan cucu dari K.G.P.A.A. Paku Alam III
ini berupaya meletakkan dasar-dasar kebudayaan bangsa dan semangat kebangsaan
di dalam gerakan pendidikan yang dilakukan di Jawa, Sumatra, Borneo, Sulawesi,
Sunda Kecil, dan Maluku. Semua itu didedikasikan untuk memulihkan harkat dan
martabat bangsa dan menghilangkan kebodohan, kekerdilan, dan feodalisme sebagai
akibat nyata dari penjajahan.
Taman siswa
mengajarkan “Konsep Tringa” yang terdiri dari ngerti (mengetahui), ngrasa
(memahami) dan nglakoni (melakukan). Maknanya ialah, tujuan belajar itu pada
dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang
dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang
diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang
dipelajarinya.
Ø
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang
Pendidikan:
1.
Melihat
pendidikan dari perspektif antropologis, yaitu bagaimana warga masyarakat
meneruskan warisan budaya kepada generasi berikutnya dan mempertahankan tatanan
sosial. Ki Hajar Dewantara memandang penting pewarisan budaya ini sebagai cara
menyambung kembali peradaban bangsa yang pernah terdistorsi. Beliau juga memikirkan
kemajuan budaya bangsa yang harus selalu tumbuh. Pendidikan merupakan proses
akulturasi, dalam pengertian masyarakat tidak hanya menyerap warisan budaya
tetapi juga memadukan berbagai unsur budaya tanpa menghancurkan unsur inti atau
tema utama kebudayaan, dalam hal ini kebudayaan nasional (Cultureel
Natio-nalism).
Ki
Hadjar Dewantara mencipakan asas Tri-kon (kontinyu, konvergensi, dan
konsentris), yang menyebutkan bahwa pertukaran kebudayaan dengan dunia luar
harus dilakukan secara kontinyu dengan alam kebudayaannya sendiri, lalu
konvergensi dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang ada dan akhirnya, jika sudah
bersatu dalam alam universal, bersama-sama mewujudkan persatuan dunia dan
manusia yang konsentris. Konsentris berarti bertitik pusat satu dengan
alam-alam kebudayaan sedunia, tetapi masih tetap memiliki garis lingkaran
sendiri-sendiri.
2.
Pendidikan
nasional harus berdasarkan pada garis hidup bangsanya dan ditujukan untuk
keperluan perikehidupan, yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya,
sehingga berkedudukan sama dan pantas bekerjasama dengan bangsa lain untuk
kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia. Pemikiran ini menunjukkan bahwa Ki
Hajar Dewantara adalah seorang yang sangat menghargai pluralisme atau
kemajemukan. Beliau juga seorang yang berpikiran futuristik dengan
universalisasi yang memungkinkan jaringan global berbagai hubungan antarbangsa
melintasi ruang dan waktu. Wawasan kemajemukan ini membuka peluang bagi
berkembangnya sikap toleran, inklusivisme, dan non-sektarianisme yang merupakan
wujud konkret dari Bhinneka Tunggal Ika.
3.
Memberikan
pengakuan akan pentingnya pendidikan budi pekerti. Beliau berpendapat bahwa
pendidikan ala Barat yang hanya berorientasi pada segi intelektualisme,
individualisme, dan materialisme tidak sepenuhnya sesuai dengan corak budaya
dan kebutuhan bangsa Indonesia. Warisan nilai-nilai luhur budaya dan
religiusitas bangsa Indonesia yang masih dijadikan pedoman hidup berkeluarga di
masyarakat Indonesia harus dikembangkan dalam dunia pendidikan. Dalam konteks
pemikiran Ki Hajar, pendidikan tidak cukup hanya membuat anak menjadi pintar
atau unggul dalam aspek kognitifnya. Pendidikan harusnya mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki anak seperti daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif),
dan daya karsa (konatif). Dengan demikian, pendidikan diharapkan mampu
mengembangkan anak menjadi mandiri dan sekaligus memiliki rasa kepedulian
terhadap orang lain, bangsa, dan kemanusiaan, sehingga anak menjadi seorang
yang humanis dan lebih berbudaya.
Ø
Landasan Pendidikan Taman Siswa
Sebagai
perguruan nasional, Taman Siswa mempunyai dasar-dasar sebagai berikut;
Visi:
Membangun
manusia yang beriman dan bertaqwa , merdeka lahir dan batin, berpengetahuan
agar menjadi masyarakat yang berguna bagi Nusa dan Bangsa.
Misi:
Menuju pada
penguasaan :
• Prilaku
iman dan taqwa (IMTAQ)
• Ilmu pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK)
• Penerangan
Budi Pekerti (AKHLAK)
• Dasar
Pendidikan:
Dasar
pendidikannya mengalami perbaikan setelah Indonesia mencapai kemerdekaan. Dasar
pendidikan ini kemudian disebut Panca Dharma Dasar-dasar 1947, yaitu sebagai
berikut:
A.
Asas
kemerdekaan, yaitu hidup ini bebas merdeka mengikuti hak asal tidak melupakan
kewajiban.
B.
Asas
kodrat alam, yaitu manusia akan merasa bahagia apabila dapat menyatukan diri
dengan kodrat alam itu yang mengandung unsur kebaikan. Layaknya sebuah benih,
ia akan tumbuh dan berusaha menyemaikan benih-benih baru untuk kelangsungan
generasi berikutnya. Karena itu hendaklah tiap anak berkembang dengan
sewajarnya.
C.
Azas
kebudayaan, yaitu usaha membawa kebudayaan bangsa menuju kemajuan, sejalan
dengan pergantian zaman untuk kepentingan hidup rakyat seluruhnya. Kebudayaan
ini selayaknya berkembang secara kontinyu, konvergen dan konsentris (Trikon)
D.
Asas kebangsaan, yaitu memuat aspek persatuan
serta tidak ada unsur permusuhan dengan bangsa lain.
E.
Azas
Kemanusiaan, menyatakan bahwa dharma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan
kemanusiaan, yang berarti kemajuan manusia itu lahir dan batin. Wujud
kemanusiaan ini diimplikasikan dengan rasa cinta kasih terhadap sesama manusia
dan makhluk Tuhan seluruhnya.
Ø
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan Taman Siswa pada awal pendiriannya, yaitu zaman penjajahan belanda
adalah bersifat politik (kemerdekaan Indonesia). Sedangkan tujuan murni
pendidikan yang diinginkan Taman Siswa seperti termuat dalam Peraturan Besar
Taman Siswa bab IV pasal 13 adalah membangun anak didik menjadi manusia yang
merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi
anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas kesejahteraan
bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya. Tujuan tertinggi Taman Siswa
adalah terwujudnya masyrakat tertib dan damai.
Bagian-bagian
Sekolah Taman Siswa
1. Taman
Indriya (Taman Kanak-kanak) : umur 5-6 tahun
2. Taman Anak
(kelas I-III) : umur 6-10 tahun
3. Taman Muda
(kelas IV_VI) : umur 10-13 tahun
4. Taman
Dewasa (SMP)
5. Taman
Madya (SMA)
6. Taman Guru
B I : calon duru SD
Taman Guru B II (satu tahun setelah Taman
Guru B I)
Taman Guru B III (satu tahun
setelah Taman Guru B II)
Taman Guru Indriaya (SMP + dua tahun)
7. Taman
Masyarakat Taman Mani, Taman Rini (untuk wanita), Taman
Karti (untuk
pertukangan)
Bentuk
Organisasi Pendidikan
1. Perguruan
2.
Pondok-asrama
Ø
Isi Kurikulum Taman Siswa
Isi Kurikulum atau rencana pelajaran bersifat kultural nasional. Tiap mata pelajaran
diberikan sebagai bagian peradaban bangsa yang perlu disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Pemuda tidak boleh dikekang oleh ikatan tradisi dan
konvensi yang dapat menghambat kemajuan bangsa.
Segala pelajaran harus mampu membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
Di samping pendidikan kecerdasan, dipentingkan juga penjagaan dan latihan
kesusilaan serta pendidikan kebudayaan.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa pengantar diwajibkan.
Bahasa daerah yang penting diajarkan secukupnya dalam daerah masing-masing.
Bahasa asing diberikan untuk keperluan melanjutkan pelajaran dan menambah
perhubungan dengan luar negeri.
Ø
Metode Pembelajaran
Dalam
proses belajar mengajarnya, Taman siswa menerapkan sistem sebagai berikut;
Sistem Among
Dalam
sistem among ini diterapkan prinsip kekeluargaan yang bersendikan kodrat alam
dan kemerdekaan. Maksud dari bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan adalah
setiap anak dibiarkan tumbuh sewarnya dengan bekal potensi yang ia miliki tanpa
paksaan. Kebebasan untuk menentukan pilihan hidup tetap diberikan dengan tetap
memberikan tuntunan agar berkembang hidup lahir batin menurut kodratnya
sendiri-sendiri (Ahmadi, 1987: 52).
Unsur
intelektualitas harus dihilangkan karena hanya menekankan pada aspek kognitif
saja sehingga tidak terjadi keseimbangan. Selain itu hal ini akan menambah rasa
tertekan pada siswa karena akan memunculkan istilah baru antara anak pandai dan
bodoh dengan dasar yang tidak relevan.
Konsekuensi
dari sistem ini adalah setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam
setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang
tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya. Untuk itulah mengapa peran guru
juga diperhitungkan.
· PENDIDIKAN PADA MASA KINI
Sebagai salah
satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana
para "Nation Builders" Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa
negara bersaing di kancah global. Seiring dengan derasnya tantangan global,
tantangan dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong
para siswa mendapatkan prestasi terbaik.
Namun, dunia
pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan
mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah
guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang.
Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah berujung
kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih
baik di perkotaan.
Menurut
pegiat pendidikan Indonesia, Anies Baswedan keterbatasan akses pendidikan di
daerah menjadi pangkal derasnya arus urbanisasi. "Yang menjadi persoalan,
di Jabodetabek jumlahnya sudah proporsional, tapi jangan kita hanya bicara
urban. Justru di luar urban itu kita punya masalah dan itu yang menyebabkan
migrasi ke Jakarta," ujar Anies. Secara tidak langsung, masyarakat
Indonesia didorong untuk melakukan urbanisasi karena keterbatasan fasilitas di
daerah. Ia menilai akses pendidikan harus dibuka seluas-luasnya untuk seluruh
masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang mendukung program tersebut.
"Kalau sekolah hanya di ibukota kecamatan, maka yang jauh kan jadi nggak
bisa sekolah," tandasnya.
Selain itu,
jumlah guru yang sesuai dengan kualifikasi saat ini dinilai masih belum merata
di daerah. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud
Hamid Muhammad saat ini banyak sekolah dasar (SD) di Indonesia kekurangan
tenaga guru. Jumlahnya diperkirakan mencapai 112 ribu guru.
Untuk
mengatasinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan bekerja
sama dengan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota,
dalam hal distribusi guru di daerah-daerah supaya lebih merata. "Jika
manajemen guru bisa ditangani lebih optimal, tidak parsial, maka bisa
dipindahkan ke kabupaten atau daerah yang berdekatan," ungkap Hamid.
Kemudian,
untuk meningkatkan kualitas para guru, Kemendikbud akan meningkatkan
kualifikasi guru melalui beasiswa S-1 bagi guru SD dan SMP. Hamid menjelaskan,
jumlah guru SD di sekolah negeri dan swasta sekitar 1.850 ribu guru. Dari jumlah
tersebut, hanya 60 persen guru yang sudah memenuhi kualifikasi dengan gelar
S-1, sedangkan 40 persen lainnya belum memenuhi kualifikasi. Tiap tahunnya,
Kemendikbud juga menyiapkan beasiswa untuk 100 ribu calon guru guna menempuh
pendidikan S-1 melalui bantuan beasiswa S-1 untuk guru SD dan SMP. Di dunia
internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120
negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All
Global Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan
Pendidikan (Education Development Index, EDI), Indonesia berada pada peringkat
ke-69 dari 127 negara pada 2011.
Di sisi lain,
kasus putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi
"Berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8
juta anak setiap tahun tidak dapat melanjutkan pendidikan, Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu
faktor ekonomi; anak – anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga;
dan pernikahan di usia dini,” menurut Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan
Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng, Sc di Jakarta. Dalam laporan terbaru
Program Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati posisi 121 dari 185
negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,629. Dengan angka
itu Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia
(peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan Asia Pasifik adalah
0,683.
"Kita
harus menyelesaikan permasalahan pendidikan ini, karena kepemilikan atas
pengetahuan adalah kunci seseorang mencapai kesejahteraan," menurut figur pendidikan Indonesia, Anies Baswedan.
Dalam perkembangan pendidikan Indonesia, pemerintah telah melaksanakan berbagai
kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan guna menghadapi persaingan
bebas dunia yang akan segera berlaku dengan terwujudnya komunitas ASEAN pada
tahun 2015 mendatang.
Untuk
meringankan beban serta memperkokoh dasar pendidikan pada siswa Indonesia,
Kemdikbud memastikan akan sepenuhnya memberlakukan Kurikulum 2013 mulai tahun
2014, bahkan sudah menyiapkan anggaran untuk mendukung operasional kurikulum
tersebut. "Sudah siap dan tahun depan hampir semua (sekolah) bisa
melaksanakan Kurikulum 2013," ujar Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI Musliar Kasim.
Kurikulum
2013 merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berfokus pada
penguasaan pengetahuan yang kontekstual sesuai daerah dan lingkungan
masing-masing. Kurikulum tersebut
menitikberatkan penilaian siswa pada tiga hal: sikap (jujur, santun, disiplin),
keterampilan (melalui tugas praktek/ proyek sekolah), dan pengetahuan keilmuan.
Pada tingkat dasar seperti SD, kurikulum ini lebih fokus pada pembentukan sikap
dan keterampilan hidup, sedangkan keilmuannya lebih 'ringan' daripada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pada tingkat
lanjutan seperti SMP dan SMA, porsi penguasaan keilmuan lebih ditingkatkan
karena pribadi murid dianggap sudah terbentuk pada tingkat dasar. Menurut
Musliar, kurikulum baru akan diterapkan pada siswa SD kelas 1, 2, 4 dan 5;
siswa SMP kelas 8 dan 9; serta siswa SMA kelas 10 dan 11. Pemerintah tidak akan
mencetak buku bahan ajar. Seperti pelaksanaan pada tahun sebelumnya,
Kemendikbud akan mengunggah buku bahan ajar ke dalam situs internet.
Kemendikbud
akan menetapkan harga eceran tertinggi atas buku yang ditargetkan akan beredar
bebas tersebut. Kurikulum 2013 sendiri sebenarnya sudah dilaksanakan sejak
pertengahan tahun 2013 di sejumlah sekolah yang telah diseleksi, meski sempat
dikritik karena pelaksanaannya terkesan dipaksakan.
Sebagai
lembaga bantuan internasional yang bekerja di sektor pembangunan
sosial-ekonomi, USAID Indonesia memberikan penekanan besar pada pengembangan
kualitas pendidikan melalui sejumlah program yang berjalan sekarang salah
satunya adalah melalui program beasiswa S2 USAID-PRESTASI. Pada tahun ini,
USAID -PRESTASI memberikan beasiswa S2 kepada 31 profesional Indonesia. Program
ini dibuka untuk umum dan diharapkan dapat mendukung pengembangan sumber daya
manusia yang kompeten di bidangnya masing – masing yang pada akhirnya akan
memberikan kontribusi positif di lingkungan kerja mereka masing – masing
setelah merekakembali ke Tanah Air.
Daftar Pustaka
Ahmadi, A. 1987. Pendidikan dari Masa
ke Masa. Bandung: CV. Armico.
Mastuhu. 2004. Menata Ulang Pemikiran
Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Surjomihardjo, Abdurrachman. 1986. Ki
Hadjar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern. Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan.
Susilo, M. Joko. 2007. Pembodohan
Siswa Tersistematis. Yogyakarta: Penerbit PINUS
Tauchid, Moch. 1967. Soeratman. Karya
Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Madjelis- Luhur Persatuan Taman Siswa.
Tilaar, H.A.R. 2003. Manajemen
Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara
http://suara-muhammadiyah.com/2009/?p=1039
Sumber:
http://www.prestasi-iief.org/index.php/id/feature/68-kilas-balik-dunia-pendidikan-di-indonesia